Kamis, 29 Maret 2012

yang berminat


Jumat Malam, Ki Manteb Pentaskan “Sri Boyong”




Negeri Amarta sedang terkena bencana besar. Tak hanya kesulitan memperoleh kebutuhan sandang dan pangan, berbagai masalah internal antarpemimpin negara itu juga kian membuat suasana karut marut.
Kekacauan itu setelah Dewi Sri, putri sulung Prabu Sri Maha Punggung meninggalkan tanah kelahirannya itu. Dewi Sri memiliki sifat dan perwataan yang murah hati, baik budi, sabar, dan bijaksana. Ia juga dikenal sebagai lambang kemakmuran hasil bumi.
Sang Dewi berada di negara Pratalaretna yang dikuasai oleh raja Darmasara. Selain hidupnya yang berkecukupan, banyak pula yang menginginkan Dewi Sri untuk dijadikan istri, ia menjadi perebutan. Tetapi, Nagatatmala, anak Sang Hyang Anantaboga, atas bantuan Begawan Abiyasa dapat memboyongnya kembali ke negara tercintanya.  Walhasil, negeri Amarta kembali dalam keadaan semula, murah rejeki dan tidak terkena bencana lagi.
Setidaknya itulah garis besar cerita yang akan dipergelarkan “dalang oye” Ki Manteb Soedharsono, Jumat (30/3) di parkir belakang auditorium Unnes. Acara yang terbuka untuk umum itu akan dimulai pukul 20.00 WIB.
Pada tahun 2010, tak lama setelah melakukan pementasan di Unnes, dalang yang dilahirkan di Kabupaten Sukoharjo, 31 Agustus 1948 itu menerima penghargaan “Nikkei Asia Prize Award 2010” dari pemerintah Jepang. Ki Manteb dianggap berjasa dalam bidang kebudayaan karena kontribusinya yang signifikan bagi kelestarian dan kemajuan kebudayaan Indonesia, terutama wayang kulit.
Tak hanya itu, tahun 2004 Ki Manteb memecahkan rekor MURI mendalang selama 24 jam 28 menit tanpa istirahat. Ia juga menjadi pelopor menciptakan adegan flashback yang sebelumnya hanya dikenal dalam dunia perfilman dan karya sastra saja. Ki Manteb juga terkenal dengan sebutan “dalang sabet” karena kemahirannya mengadegankan peperangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar